Pengertian Hadas dan Macam-macamnya
Hadas adalah sesuatu yang mewajibkan wudu atau mandi. Bersuci dari
hadas hanya dapat dilakukan dengan wudu atau mandi dengan air suci mensucikan,
dan jika tidak ada air dapat dilakukan dengan tayammum. Sesuatu yang mewajibkan
wudu disebut hadas kecil dan sesuatu yang mewajibkan mandi disebut hadas besar.
Adapun sesuatu yang mewajibkan wudu adalah meliputi sesuatu yang membatalkan wudu. Berikut ini penjelasan hal-hal yang mewajibkan wudhu :
Adapun sesuatu yang mewajibkan wudu adalah meliputi sesuatu yang membatalkan wudu. Berikut ini penjelasan hal-hal yang mewajibkan wudhu :
a. Sesuatu yang
keluar dari dua jalan (dubur atau kubul) seperti kencing, buang air besar,
haid, nifas, air mani, mazi, dan wadi. firman Allah swt. berfirman:
أو
جاء أحد منكم من الغائط
Atau apabila
salah seorang di antaramu keluar dari kakus.
Maksudnya sindiran terhadap buang air, baik kecil maupun besar.
فيه
الوضوء ولقول ابن عباس رضي الله عنهما اما المني فهو الذي منه الغسل واما المذي
والودي فقال أغسل ذكرك أو مذاكيْك وتوضا وضوءك للصلاة (رواه البيهقى فى السنن (
Dikarenakan harus berwudu, karena perkataan Ibnu Abbas ra mengenai
mani, itulah yang diwajibkan mandi karenanya. Adapun mazi dan wadi, maka
hendaklah kamu basuh kemaluanmu atau sekitarnya, kemudian berwudulah yakni wudu
untuk salat”.
b. Sesuatu yang tidak keluar dari dua jalan dubur dan qubul, yaitu
meliputi: Hilang akal, seperti gila, pingsan, tidak sadar disebabkan khamar,
ganja, morfin, dan tidur. Yang menjadi perselisihan ulama adalah tidur.
Bagaimana tidur yang menyebabkan batal wudu’.
Rasulullah saw. bersabda:
ان
الوضوء لا يجب الا على من نام مضطجعا فانه اذا اضطجع استرخت مفاصله (رواه ابو داود والترمذى (
Sesungguhnya
wudu itu tidak wajib kecuali bagi orang yang tidur terlentang, sebab apabilah
tidur terlentang, akan terbuka jalan lubang kubul.” (HR. Abu Daud dan
Tumudzi).
Hadis di atas
dipahami oleh para ulama mazhab dengan pendapat yang berbeda, seperti ulama
Hanabilah, tidur yang mebatalkan wudu adalah tidur dalam setiap keadaan dengan
waktu yang cukup lama. Ketika tidur sebentar dalam keadaan terlentang tidak
membatalkan wudu sehingga mudhtaji’an di sana adalah tidur yang lama.
Ulama
Syafi’iyah: tidur yang membatalkan wudu adalah sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasul yaitu tidur terlentang, tidur duduk tidak membatalkan, sekalipun tidurnya
lama.
Ulama
Malikiyah: tidur yang membatalkan wudu adalah tidur yang pulas sebentar atau
lama dalam setiap keadaan, duduk, sujud, atau berbaring. Tidur dengan
terlentang dalam keadaan lama tetapi gelisah tidak pulas tidak membatalkan wudu
tetapi disunnatkan wudu’.
Ulama
Hanafiyah: tidur yang membatalkan wudu adalah tidur dalam tiga keadaan: tidur
terlentang, tidur bersandar ke dinding, dan tidur duduk dengan kepala di atas
lutut. Selain dari tiga keadaan tidur ini tidak membatalkan wudu.
c. Menyentuh
wanita dengan syahwat
Menurut Imam
Syafi’i menyentuh wanita membatalkan wudu, baik yang disentuhnya laki-laki
maupun perempuan tua ataupun muda tanpa ada kenikmatan syahwat, tetapi dengan
syarat tidak ada penghalang.
Imam Hambali
berpendapat bahwa wudu menjadi batal apabila menyentuh wanita dengan syahwat
tanpa penghalang meskipun yang disentuhnya mahram, dalam keadaan hidup atau
mati, tua atau muda, kecil atau besar. Imam Malikiyah berpendapat bahwa wudu
batal dengan syarat: bagi yang menyentuh sudah balig dan bermaksud untuk
mendapat kenikmatan sekalipun tidak memperoleh kenikmatan. Syarat bagi yang
disentuh jika dia telanjang atau tertutup dengan kain tipis. Jika kain tebal
tidak batal. Imam Hanafiyah memandang tidak batal karena menyentuh sekalipun
telanjang. Suami dan isteri yang tidur dengan telanjang tidak batal wudunya.
Kecuali dalam dua keadaan: keluar sesuatu dan bersentuhan dua parji.
d. Menyentuh
kemaluan dengan tanpa penghalang
Menurut tiga
imam seperti Imam Syafi’i, Maliki, dan Hambali bahwa menyentuh kemaluan dengan
tanpa penghalang adalah membatalkan wudu berdasarkan sabda Rasulullah saw.:
من مس ذكره فليتوضأ
Barang siapa
yang menyentuh kemaluannya, maka hendaklah berwudu.
Menurut Imam
Hanafiyah menyentuh zakar tidak membatalkan wudu sekalipun dengan syahwat,
tetapi disunahkan berwudu. Dalil yang digunakan oleh Imam Hanafiyah adalah
sabda Rasulullah saw.:
ان النبي صلى الله عليه وسلم سئل من رجل يمس ذكره فى الصلاة
فقال: (هل هو الا بضعة منك (
Sesungguhnya
Nabi Saw. ditanya tentang seorang laki-laki yang menyentuh kemaluannya dalam
salat. Rasul pun menjawab: Tidaklah zakar (kemaluan) itu kecuali seperti
anggota tubuh darimu.
Hadis tersebut
dapat dipahami bahwa menyentuh zakar sama dengan menyentuh telinga, pipi, dan
anggota tubuh lainnya, sehingga tidak membatalkan wudu.
Menurut Imam
Hanafi, dalil yang digunakan oleh ketiga Imam di atas adalah anjuran untuk
mencuci tangan, bukan berwudu.
Adapun hadas besar adalah sesuatu yang mewajibkan mandi.
Adapun hadas besar adalah sesuatu yang mewajibkan mandi.
Ada beberapa hal yang
mewajibkan mandi besar, yaitu:
1) Berjimak,
baik keluar mani maupun tidak.
Sabda
Rasulullah saw.:
اذا التقى الْتانان فقد وجب الغسل وان لم ينزل )رواه مسلم(
Apabila dua
khitan bertemu, maka sesungguhnya telah diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar
mani. (HR. Muslim).
2) Mimpi Basah (keluar air mani).
Sabda
Rasulullah saw.:
عن ام سلمة ان ام
سليم قالت يَ رسول الله ان الله لا يستحيى من الَق فهل على المرأة الغسل اذا
احتلمت؟ قال نعم اذا
رأت الماء) متفق عليه(
Dari Ummi
Salamah, Sesungguhnya Ummi Sulaim telah bertanya kepada Rasulullah saw. “Ya
Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu mempertanyakan yang hak. Apakah
perempuan wajib mandi apabila bermimpi? Jawab beliau, “Ya (wajib atasnya
mandi), apabila ia melihat air mani. (Muttafaq ‘alaih).
3) Mati
Orang yang mati
pun diwajibkan mandi, tentunya dimandikan oleh kerabat atau orang khusus yang
biasa memandikan mayat, kecuali orang yang mati syahid.
4) Haid
/Nifas
Haid adalah
darah yang keluar dari kemaluan kaum hawa yang rutin setiap bulan, minimal
darah haid adalah setetes (sekecretan) dan maksimalnya adalah lima belas hari.
Lebih dari itu adalah darah penyakit yang disebut darah istihadhah. Atau jika
keadaan keluar darahnya secara terputus-putus, misalnya dua hari haid dan dua
hari suci, kemudian keluar lagi dan berhenti lagi, maka seluruh hari haid dan
hari suci dijumlah sehingga mencapai lima belas hari. Setelah itu, apabilah
masih keluar juga, maka ia dianggap darah istihadhah (darah penyakit).
Nifas adalah
darah yang keluar dari rahim karena melahirkan walaupun dalam keadaan
keguguran. Lamanya tidak dapat ditentukan. Adakalanya sebentar saja, tetapi
pada umumnya selama empat puluh hari, dan paling lama enam puluh hari.
Darah nifas
pada hakikatnya adalah kumpulan darah haid karena pada masa kehamilan selama
sembilan bulan seorang wanita hamil tidak mengalami haid.
Bagi wanita
yang keluar haid/nifas ini diwajibkan mandi. Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah saw.:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لفاطمة بنت ابى حبيش اذا
اقبلت الَيضة فدعى الصلاة واذا ادبرت فاغتسلى وصلى رواه البخا رى
Beliau berkata
kepada Fatimah bin Abi Hubaisy, “Apabila dating haid itu, hendaklah engkau
tinggalkan salat, dan apabila habis haid itu, hendaklah engkau mandi dan
salatlah. (HR. Bukhari).
Setelah
melahirkan seorang ibu pun diwajibkan untuk mandi, bukan mandi karena keluar
darah haid, melainkan mandi setelah melahirkan untuk menyegarkan dan
menyehatkannya setelah melahirkan seorang anak.
0 Comments:
Post a Comment