5/02/2020

Penilaian terhadap Cendikiawan Muslim

Pemikir-pemikir islam berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membantah pendapat-pendapat orientalis yang menyudutkan islam.
Antara lain dikatakan bahwa islam sampai sekarang masih terus semakin meluas di benua afrika dan pada bangsa-bangsa yang masih terbelakang. Ditengah pemikir-pemikir islam berusaha untuk membuktikan bahwa islam dan ilmu pengetahuan itu paralel dan saling mendukung.
Dikalangan umat islam sendiri, yang ini mungkin kekeliruan yang tidak di sengaja, hampir saja dapat disimpulkan bahwa islam dan kebodohan itu cocok dan sejajar. Yaitu beranjak dari penilaian terhadap para cendikiawan muslim dari segi ibadahnya. Penilaian itu dapat dirumuskan demikian : "Dia orang pandai dan berpengetahuan luas tidak melakukan ibadah dengan baik. Shalat hampir dilakukan di akhir waktu, tidak pernah berdzikir, selalu menganggap enteng terhadap hukum islam. Tetapi ia petani dikampung ternyata mempunyai keimanan yang kuat dari dia. Shalat dilakukan tepat pada waktunya, berikut sembahyang sunnah qobliyah dan ba'diyahnya. Berpeci rapih bila menghadap Tuhan". Penilaian semacam ini dapat kita terima sebagai suatu fakta yang kemungkinan besar benar adanya. Tetapi penilaian kita lain terhadap seorang muslim, yaitu bukan hanya di lihat dari segi ibadahnya saja. Sebab fakta itu apabila kita terima, berarti kita menyetujui bahwa islam itu cocok untuk orang bodoh. Karena sebenarnya perbedaan antara petani dan cendikiawan itu mengenai keimanannya hanya Allah yang mengetahui. Karena manifestasi keimanannya yang berbeda. Imannya mungkin sama dan kemungkinan besar cendikiawan yang lebih kuat. Kemampuan seorang petani di kampung manifestasi keimanannya adalah dengan sesuatu yang dimampuinya, dengan sesuatu yang mudah di tampilkan, yaitu cukup dengan belajar syarat rukunnya wudhu dan shalat saja, kemudian mengikuti majelis ta'lim seminggu sekali, lalu dia lakukan shalatnya. Kemudian semakin kuat dan kokoh keimanannya. Kelakuan sehari-hari semakin baik dengan orang-orang sekampungnya, "karena shalat itu bisa mencegah orang dari perbuatan yang keji dan jahat". Seorang cendikiawan selalu sibuk menekuni ilmu pengetahuannya, menghadiri seminar dimana-mana, mempersiapkan makalah, mengajar dan sebagainya. Sehingga waktunya banyak tersita untuk kegiatan-kegiatan ilmiyah. Tetapi apakah mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan memajukan bangsa Indonesia, memakmurkan, mencerdaskan dan mengangkat martabat bangsa Indonesia di forum-forum Internasional bukan termasuk ibadah...!!??, bahkan ibadah semacam inilah yang akan mendapat kredit poin yang lebih banyak seperti yang di gambarkan al-qur'an. Kita menilai bahwa kedua belah fihak mengandung kebenaran, tetapi yang paling baik ialah kekurangan yang ada di kedua belah fihak bisa di perbaiki. Si petani kampung harus dirangsang supaya semangat membaca dan belajar terus sampai masuk liang kubur, dan si cendikiawan mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang khusyu sampai ajalnya di cabut. Sehingga seorang muslim dapat menampilkan prestasi ilmu pengetahuan dan ibadahnya secara seimbang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa Memberkahi mereka semua.

0 Comments:

Post a Comment